Rabu, 14 Januari 2015 - 0 komentar

Rumus Silang dan Sejajar

Wuihhhh....blog ini masih ada rupanya, rasanya sudah lama banget ya tidak lagi menulis kisah perjalanan hidup. Dear My diary, I'm really sorry about that...But Im here now, I want to share again :)

11 Januari 2015 pukul 10.00 WIB, kereta yang membawaku lagi ke kota Metropolitan pun mulai berangkat. Dalam hati, aku sudah mulai terbiasa dengan perjalanan seperti ini. Tidak ada yang istimewa, paling nanti di perjalanan adalah waktu untuk istirahat atau mungkin membayangkan dan merencanakan apa yang harus dilakukan nanti.
"Mas, permisi...ini kursi No. 6D ya?"
"Iya pak, silahkan. Bapak mau duduk di dekat jendela?", kataku
"Oh ndak pa2 mas"
Rupanya bapak ini yang akan 'mendampingiku' hingga Stasiun Gambir nanti.
Namanya Iman Santoso, beliau ternyata tinggal tidak jauh dari rumahku. Beliau seorang lulusan STAN yang sekarang bekerja di Serang, Banten.
Singkat cerita, selama perjalanan kami terlibat beberapa obrolan tentang hidup, keluarga, dan dunia kerja.
Ada hal yang menarik yang akan aku ingat untuk dijadikan pedoman dalam berkeluarga. Beliau mengatakan bahwa seni dalam berkeluarga itu banyak, contohnya adalah rumus silang dan sejajar. Apa maksudnya ya?
Beliau menerangkan begini :
"Rumus Silang. Kewajiban seorang anak salah satunya adalah memberi kepada orang tua, terlebih sebagai anak lelaki, begitu juga ketika sudah berkeluarga. Nah, ketika seorang suami ingin memberikan sesuatu (contoh : pakaian) kepada orang tuanya, maka biarkan yang memberikan pakaian tersebut melalui tangan istrinya. Begitu juga sebaliknya, ketika istri ingin memberikan sesuatu kepada orang tuanya, maka biarkan suami yang memberikannya. Menyilang, antara menantu dan mertua. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan kasih sayang antar keduanya"
Lalu beliau pun melanjutkan...
"Rumus Sejajar. Dalam hal berkeluarga, tentu adakalanya akan menemui kondisi yang tidak pas. Contoh kecil, ketika seorang suami sedang silaturahim ke ortu istrinya (mertua), mertua menyajikan hidangan yang tidak disukai. Suami tersebut sebaiknya tidak mengungkapkan langsung ke mertua bahwa hidangannya tidak dia sukai. Cara yang bijak adalah melalui istrinya, karena istri adalah anak kandung mertuanya (sejajar) sehingga perkataannya akan lebih nyaman didengar. Akan tetapi, sebaiknya istri pun tidak menyatakan secara langsung ke ortu-nya bahwa suaminya tidak menyukai hidanggannya. Istri sebaiknya mengatakan kepada ortunya dengan bahasa yang halus, contohnya "Emak, buat aa biar saya saja yang masakin yaa, soalnya neng tau seleranya aa".

Setelah mendengar apa yang beliau sampaikan, aku pun tersenyum, dalam hati sungguh ilmu ini bermanfa'at sekali.

Dan bagi saudara sekalian, semoga tulisan ini pun dapat memberikan manfa'at yaa...

0 komentar:

Posting Komentar